MAKALAH
FISIOLOGI
MIKROBA
DISIMILASI
(KATABOLISME) PADA KONDISI AEROB
KELOMPOK II
MUSDALIFAH
NUR ALIAH RUSMAN
ASRIYANTI
ANUGRAHWATI
ABIDIN
ADE TYA LESTIANA
SITTI HARMATANG
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATERMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mahkluk hidup dalam
kehidupannya memerlukan energi sehingga mahkluk hidup tersebut dapat
melaksanakan berbagai fungsi hidup, dan energi tersebut diperoleh dari hasil
metabolismenya. Metabolisme juga
termasuk mikroba juga melakukan metabolisme. Metabolisme merupakan serangkaian
reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh mahkluk hidup. Reaksi metabolisme
dibantu oleh enzim-enzim untuk mempercepat reaksi tersebut. Reaksi metabolisme
dapat menghasilkan energi dan juga memerlukan energi selama reaksi berlangsung.
Metabolisme meliputi
dua fase yaitu anabolisme dan katabolisme. Sintesis protoplasma dan penggunaan
energi yang disebut anabolisme dan oksidasi substrat diiringi dengan terbentuknya
energi disebut dengan katabolisme.
Berdasarkan
kebutuhan akan oksigen bebas untuk kebutuhan respirasinya, bakteri
dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri aerob, dimana bakteri ini dalam hidupnya
memerlukan oksigen bebas. Bakteri yang hidup secara aerob dapat memecah gula
menjadi air, CO2, dan energi. Bakteri aerob secara obligat adalah
bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas dalam hidupnya, misalnya, bakteri bakteri
penyebab penyakit TBC (Mycobacterium
tuberculosis) Nitrosomonas, Nitrosococcus,dan Nitrobacter. Bakteri anaerob
adalah bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen bebas. Untuk yang kedua yaitu bakteri
anaerob dimana dalam hidupnya atau dalam memecah zat yang tidak memerlukan
oksigen bebas. Bakteri ini sering disebut bakteri obligat anaerob. Untuk
memecah zat makanan pada mediumnya, bakteri mengeluarkan zat jenis fermen
tertentu. Contoh bakteri anaerob antara lain Micrococcus denitrificans.
Untuk
lebih mengetahui lebih banyak tentang proses disimilasi atau katabolisme yang
terjadi pada metabolisme mikroba secara aerob, maka dibuatlah makalah ini.
I.2 Tujuan
Makalah
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui lebih mendalam tentang
disimilasi atau katabolisme yang terjadi pada mikroba secara aerob.
I.3 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari makalah ini yakni :
a) Jelaskan
tentang disimilasi atau katabolisme dalam metabolisme mikroba!
b) Jelaskan tahap proses terjadinya disimilasi mikroba secara aerob !
BAB
II
ISI
II.1
Defenisi Disimilasi
Disimilasi atau katabolisme adalah proses penguraian zat untuk
membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organic atau dalam hal
ini yaitu proses pembentukan molekul yang kompleks dengan menggunakan
energi tinggi.
II.2
Respirasi Aerob Pada Bakteri
Respirasi secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung
melalui empat tahap, yaitu:
1.
Glikolisis
Metabolisme glukosa dibagi
dalam dua bagian yaitu anaerob dan aeorb, anaerob yang tidak menggunakan oksigen dan aerob yang menggunakan oksigen. Reaksi
anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam
laktat sedangkan pada aerob menjadi asam piruvat yang berlangsung di dalam sitosol sel.
Proses ini disebut glikolisis atau EMBDEN MEYER
HOFF PATHWAY.
Secara rinci,
tahap-tahap dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut:
1) Heksokinase
Pengubahan glukosa
menjadi glukosa-6-fosfat dengan reaksi fosforilasi dengan katalis enzim
heksokinase atau glukokinase dan dibantu oleh ion Mg2+ sebagai
kofaktor pada sel parenkim hati dan sel Pulau Langerhans pankreas. ATP sebagai donor
fosfat dan bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP. Satu fosfat berenergi tinggi
digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP.
(-1P)
2)
Fosfoheksoisomerase
Tahap kedua adalah reaksi isomerisasi yaitu
pengubahan glukosa-6-fosfat dengan bantuan enzim fosfoglukoisomerase dan tidak
memerlukan kofaktor. Enzim ini hanya bekerja pada anomer µ-glukosa-6-fosfat.
µ-D-glukosa
6-fosfat « µ-D-fruktosa 6-fosfat
3)
Fosfofruktokinase
Fruktosa-6-fosfat diubah menjadi
fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu oleh ion Mg2+
sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dari ATP ke
fruktosa-6-fosfat dan ATP berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dihambat atau
dirangsang oleh beberapa metabolit yaitu senyawa dalam reaksi ini. Sebagai
contoh, ATP yang berlebihan dapat dihambat oleh asam sitrat sedangkan adanya
ADP, AMP dan fruktosa-6-fosfat dapat menjadi elektron positif yang merangsang
enzim fosfofruktokinase.
µ-D-fruktosa
6-fosfat + ATP « D-fruktosa
1,6-difosfat
4)
Aldolase
Penguraian fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua
molekul triosa fosfat yaitu dihidroksi aseton fosfat dan
D-gliseraldehida-3-fosfat dengan bantuan enzim aldolase sebagai katalis.
D-fruktosa 1,6-bifosfat« D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton
fosfat
5)
Triosafosfat Isomerase
Gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan
sebaliknya (reaksi interkonversi) dengan bantuan enzim triosafosfat isomerase.
D-gliseraldehid 3-fosfat « dihidroksiaseton fosfat.
6)
Gliseraldehida-3-fosfat Dehidrogenase
Reaksi oksidasi gliseraldehida-3-fosfat menjadi
asam 1,3-difosfogliserat dengan bantuan enzim gliseraldehida-3-fosfat
dehidrogenase. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+, sedangkan
gugus fosfat diperoleh dari asam fosfat.
Dihidroksi aseton fosfat bisa
diubah menjadi gliseraldehid 3-fosfat maka juga dioksidasi menjadi
1,3-bifosfogliserat.
D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi« 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Enzim gliseraldehida-3-difosfat dehidrogenase
adalah suatu tetramer yang terdiri atas empat subunit yang masing-masing
mengikat satu molekul NAD+. Atom-atom hidrogen yang dikeluarkan dari
proses oksidasi ini dipindahkan ke NAD+ yang terikat pada enzim.
Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi.
(+3P)
Karena fruktosa 1,6-bifosfat memiliki 6 atom C
dipecah menjadi Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat yang
masing-masing memiliki 3 atom C, sehingga
terbentuk 2 molekul gula yang masing-masing beratom C tiga (triosa).
Jika molekul dihidroksiaseton fosfat juga berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat,
maka dari 1 molekul glukosa pada bagian awal, sampai dengan tahap ini akan
menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
7)
Fosfogliseril kinase
Tahap ketujuh, reaksi pengubahan asam
1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat dengan bantuan enzim
fosfogliseril kinase sebagai katalisnya.
Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat + ADP « 3-fosfogliserat + ATP
Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dan
ADP dan ion Mg++ sebagai kofaktor. ADP adalah senyawa fosfat
berenergi tinggi maka reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan energi yang
dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk ATP. Karena ada dua molekul
1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)
8)
Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril mutase
bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3-fosfogliserat menjadi
asam 2-fosfogliserat.
3-fosfogliserat « 2-fosfogliserat
Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat
dari satu atom C ke atom C lain dalam satu molekul.
9)
Enolase
Reaksi pembentukan asam fosfoenol-piruvat dari
asam 2-fosfogliserat dengan katalis enzim enolase dan ion Mg++
sebagai kofaktor. Reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi
dehidrasi. Adanya ion F- dapat menghambat kerja enzim enolase sebab
ion F- dengan ion Mg++ dan fosfat dapat membentuk
kompleks magnesium fluoro fosfat yang menyebabkan berkurangnya jumlah ion Mg++
dalam campuran reaksi, akibatnya efektivitas reaksi berkurang.
2-fosfogliserat « fosfoenol piruvat + H2O
10)
Piruvat kinase
Merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus
fosfat dari asam fosfoenol piruvat ke ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan
molekul asam piruvat. Reaksi ini memerlukan Mg++ dan K+
sebagai aktivator.
Fosfoenol piruvat + ADP à piruvat + ATP
Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2
molekul enol piruvat sehingga total hasil energi pada tahap ini adalah 2 x 1P =
2P. (+2P)
11)
Laktat Dehidrogenase
Enzim laktat dehidrogenase digunakan pada tahap akhir glikolisis yaitu
pembenttukan asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini
digunakan NADH sebagai koenzim. Jika tak tersedia
oksigen (anaerob), tak terjadi reoksidasi NADH melalui pemindahan unsur
ekuivalen pereduksi.
Piruvat + NADH + H+
à L(+)-Laktat + NAD+
Dalam keadaan aerob,
piruvat masuk mitokondria, lalu dikonversi menjadi asetil-KoA, selanjutnya
dioksidasi dalam siklus asam sitrat menjadi CO2.
Dengan demikian, pada akhir glikolisis akan dihasilkan 2 molekul asam
piruvat yang berkarbon 3, 2 ATP dan 2 NADH dari setiap perubahan 1 molekul
glukosa.
Kesimpulan:
Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan
terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat
substrat :+
4P
-
hasil oksidasi
respirasi
:+ 6P
- jumlah :+10P
- dikurangi untuk
aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : - 2P
+ 8P
Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan
terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat
substrat
:+ 4P
- hasil oksidasi
respirasi :+
0P
- jumlah :+
4P
- dikurangi untuk
aktifasi glukosa dan fruktosa 6P
: - 2P
+ 2P
2. Oksidasi piruvat
Lintasan
oksidasi piruvat (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
|
Dalam mitokondria sel, piruvat dioksidasi
(dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA. Selain sebagai penghubung antara glikolisis dengan siklus
Kreb’s, jalur ini juga merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan
lemak. sebaliknya dari senyawa non karbohidrat menjadi karbohidrat. Rangkaian
reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai
berikut:
1.
Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate),
piruvat didekarboksilasi menjadi hidroksietil TDP terikat oleh komponen
kompleks enzim piruvat dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.
2.
Hidroksietil TDP
bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok prostetik dihidroksilipoil
transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TDP lepas.
3.
Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil
lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA, dengan hasil sampingan berupa lipoamid
tereduksi.
4.
Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi
direoksidasi oleh flavoprotein yang mengandung FAD, dengan adanya dihidrolipoil
dehidrogenase. Flavoprotein tereduksi dioksidasi oleh NAD+, sehingga
memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi.
Piruvat + NAD+ + KoA à Asetil KoA + NADH + H+ + CO2
Gambar.
Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat menghasilkan CO2,
2 asetil- KoA, dan 2 molekul NADH.
Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/metabolisme-karbohidrat-pengertian-proses.html#ixzz2nAiwmGcW
Sumber : http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/11/metabolisme-karbohidrat-pengertian-proses.html#ixzz2nAiwmGcW
3.
Siklus asam sitrat
Disebut juga sebagai siklus Kreb’s atau siklus
asam trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat
merupakan jalur akhir bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Siklus
asam sitrat merupakan rangkaian reaksi katabolisme asetil KoA yang menghasilkan
energi dalam bentuk ATP.
Selama proses oksidasi asetil KoA, terbentuk
ekuivalen pereduksi berbentuk hidrogen atau elektron. Unsur ekuivalen pereduksi
ini kemudian memasuki rantai respirasi (proses fosforilasi oksidatif)
menghasilkan ATP. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen
(hipoksia) terjadi hambatan total pada siklus tersebut.
Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada dua tahapan berikutnya,
yaitu siklus krebs dan transpor elektron. Pada organisme eukariotik, proses ini
berlangsung pada matriks dalam mitokondira sedangkan pada prokariotik, berlangsung
dalam sitoplasma.
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Kondensasi
asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir sitrat sintase.
Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O à Sitrat + KoA
2.
Sitrat
dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase) yang
mengandung besi Fe2+. Konversi berlangsung dalam 2 tahap, yaitu:
dehidrasi menjadi sis-akonitat dan rehidrasi menjadi isositrat.
3.
Isositrat
mengalami dehidrogenasi menjadi oksalosuksinat dibantu enzim isositrat
dehidrogenase, yang bergantung NAD+.
Isositrat + NAD+ « Oksalosuksinat « µ–ketoglutarat + CO2 + NADH + H+
(terikat enzim)
Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi µ–ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh enzim
isositrat dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+ berperan penting
dalam reaksi dekarboksilasi.
4.
µ–ketoglutarat
mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi suksinil KoA dengan bantuan kompleks
µ–ketoglutarat
dehidrogenase, dengan kofaktor misalnya TDP, lipoat, NAD+, FAD serta
KoA.
µ–ketoglutarat +
NAD+ + KoA à Suksinil KoA +
CO2 + NADH + H+
5.
Suksinil KoA
berubah menjadi suksinat dengan bantuan suksinat tiokinase (suksinil KoA
sintetase).
Suksinil KoA + Pi + ADP « Suksinat + ATP + KoA
6.
Suksinat
mengalami dehidrogenasi menjadi fumarat dengan peran suksinat dehidrogenase
yang mengandung FAD.
Suksinat + FAD « Fumarat + FADH2
7.
Fumarat
mendapatkan penambahan air menjadi malat dengan bantuan enzim fumarase (fumarat
hidratase)
Fumarat + H2O « L-malat
8.
Malat mengalami
hidrogensi menjadi oksaloasetat dengan katalisator malat dehidrogenase, suatu reaksi
yang memerlukan NAD+.
L-Malat + NAD+ « oksaloasetat + NADH + H+
Energi yang
dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada proses oksidasi asetil KoA, dihasilkan 3
molekul NADH dan 1 FADH2. Sejumlah ekuivalen pereduksi dipindahkan
ke rantai respirasi dalam membran interna mitokondria. Ekuivalen pereduksi NADH
menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi (esterifikasi ADP menjadi ATP).
FADH2 menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat
berenergi tinggi juga dihasilkan pada tingkat siklus (tingkat substrat) saat
suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan
dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P
2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 x 2P = 2P
3. Pada tingkat substrat = 1P
Jumlah =
12P
Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi 3P
+ 3P + 1P + 2P + 3P = 12P.
Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi
piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika
dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai
berikut:
1.
Glikolisis : 8P
2.
Oksidasi
piruvat (2 x 3P) : 6P
3.
Siklus Kreb’s
(2 x 12P) : 24P
Jumlah : 38P
4.
Transpor Elektron
Tahap akhir dari respirasi aerob adalah sistem transpor
elektron sering disebut juga sistem (enzim) sitokrom oksidase atau
sistem rantai pernapasan yang berlangsung pada krista dalam
mitokondria. Pada tahap ini melibatkan donor elektron, akseptor elektron, dan
reaksi reduksi dan oksidasi (redoks). Donor elektron adalah senyawa yang
dihasilkan selama tahap glikolisis maupun siklus Krebs dan berpotensi untuk
melepaskan elektron, yaitu NADH2 dan FADH2.
Akseptor elektron adalah senyawa yang berperan sebagai
penerima elektron yang dilepaskan oleh donor elektron, yaitu enzim sitokrom dan
Oksigen.
Sebanyak 10 molekul NADH2 dan 2 molekul FADH2 dihasilkan selama tahap glikolisis dan siklus Krebs. Seluruhnya akan memasuki reaksi redoks pada sistem transpor elektron. Setiap pelepasan elektron akan menghasilkan energi berupa ATP, 1 molekul NADH2 akan menghasilkan 3 molekul ATP, dan 1 molekul FADH2 akan menghasilkan 2 molekul ATP.
Sebanyak 10 molekul NADH2 dan 2 molekul FADH2 dihasilkan selama tahap glikolisis dan siklus Krebs. Seluruhnya akan memasuki reaksi redoks pada sistem transpor elektron. Setiap pelepasan elektron akan menghasilkan energi berupa ATP, 1 molekul NADH2 akan menghasilkan 3 molekul ATP, dan 1 molekul FADH2 akan menghasilkan 2 molekul ATP.
Mula-mula molekul NADH2 memasuki reaksi dan
dihidrolisis oleh enzim dehidrogenase diikuti molekul FADH2 yang dihidrolisis
oleh enzim flavoprotein, keduanya melepaskan ion Hidrogen diikuti elektron,
peristiwa ini disebut reaksi oksidasi.
Selanjutnya elektron ini akan ditangkap oleh Fe+++ sebagai
akseptor elektron dan dikatalis oleh enzim sitokrom b, c, dan a. Peristiwa ini
disebut reaksi reduksi. Reaksi reduksi dan oksidasi ini berjalan
terus sampai elektron ini ditangkap oleh Oksigen (O2) sehingga
berikatan dengan ion Hidrogen (H+) menghasilkan H2O
(air). Hasil akhir dari sistem transpor elektron ini adalah 34 molekul ATP, 6
molekul H2O (air).
Secara keseluruhan reaksi respirasi sel aerob menghasilkan
38 molekul ATP, 6 molekul H2O, dan 2 molekul CO2.
Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi
respirasi aerob. Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi
atau sistem oksidasi terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista
(membran dalam) dalam mitokondria. Molekul yang berperan penting dalam reaksi
ini adalah NADH dan FADH2, yang dihasilkan pada reaksi glikolisis,dekarboksilasi
oksidatif, dan siklus Krebs. Selain itu, molekul lain yang juga berperan adalah molekul
oksigen, koenzim Q (Ubiquinone), sitokrom b, sitokrom c, dan sitokrom a.
Pertama-tama, NADH dan FADH2 mengalami oksidasi, dan elektron
berenergi tinggi yang berasal dari reaksi oksidasi ini ditransfer ke koenzim Q.
Energi yang dihasilkan ketika NADH dan FADH2 melepaskan
elektronnya cukup besar untuk menyatukan ADP dan fosfat anorganik menjadi ATP.
Kemudian koenzim Q dioksidasi oleh sitokrom b. Selain melepaskan elektron,
koenzim Q juga melepaskan 2 ion H+. Setelah itu sitokrom b
dioksidasi oleh sitokrom c. Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi
sitokrom b oleh sitokrom c juga menghasilkan cukup energi untuk menyatukan ADP
dan fosfat anorganik menjadi ATP. Kemudian sitokrom c mereduksi
sitokrom a, dan ini merupakan akhir dari rantai transpor elektron. Sitokrom a
ini kemudian akan dioksidasi oleh sebuah atom oksigen, yang merupakan zat yang
paling elektronegatif dalam rantai tersebut, dan merupakan akseptor terakhir
elektron. Setelah menerima elektron dari sitokrom a, oksigen ini kemudian
bergabung dengan ion H+ yang dihasilkan dari oksidasi koenzim Q
oleh sitokrom b membentuk air (H2O). Oksidasi yang terakhir ini
lagi-lagi menghasilkan energi yang cukup besar untuk dapat menyatukan ADP dan
gugus fosfat organik menjadi ATP. Jadi, secara keseluruhan ada tiga
tempat pada transpor elektron yang menghasilkan ATP.
Sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2sebanyak 10 dan
2 molekul. Dalam transpor elektron ini, kesepuluh molekul NADH dan kedua
molekul FADH2 tersebut mengalami oksidasi sesuai reaksi
berikut.
Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, dan
kira-kira 2 ATP untuk setiap oksidasi FADH2. Jadi, dalam transpor
elektron dihasilkan kira-kira 34 ATP. Ditambah dari hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler
menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena
dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap
respirasi seluler adalah 36 ATP.
Gambar.
Siklus transport elektron
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada, maka dapat
disimpulkan bahwa :
a.
Metabolisme merupakan seluruh peristiwa
reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dalam sel makhluk hidup.
b.
Disimilasi atau katabolisme
adalah pemecahan zat komplek menjadi zat yang lebih sederhana disertai dengan
pelepasan energi.
c.
Tahap disimilasi
secara normal pada mikroorganisme secara aerob yaitu meliputi proses
glikolisis-dekarbosilasi oksidatif-siklus krebs- transfor elektron.
III.2 Saran
Sebaiknya pada tugas selanjutnya, lebih
diperjelas lagi tentang batasan teori yang harus ada dalam tulisan. Agar hasil
makalah yang dituliskan dapat menjadi sumber referensi yang maksudnya jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ameilia
Siregar. 2010. Metabolisme Sel, Enzim dan
Peranannya. (Online). http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/biologi-pertanian/metabolisme sel/enzim-dan-peranannya/. Diakses pada tanggal 22 April
pukul 17.00 WIB.
Anna poedjiadi.1994. Dasar-dasar biokimia. UIPRESS. Jakarta.
Berlian
Idriansyah Idris, Yoga Yuniadi. 2011. Gap Junctions pada
Ischemia-Related Ventrikel Aritmia. Jurnal Kardiologi Indonesia.
F.Ross lynne and p.shaffer gary.1989. Fermentation of carbohydrate under aerobic and anaerobic condition by
intestinal microflora from infants. journal
of clinical microbiologi.
Kimbal, J. (n.d.). 1997. Biologi
Edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
Lud Waluyo. 2007. Mikrobiologi
Umum. UMM Press. Malang.
Michael
J. Pelczar, Jr dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar
Mikrobiologi. UI Press. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar